Meski lelaki dan perempuan terlihat jelas
perbedaannya, ternyata terdapat beberapa persamaan yang cukup banyak antara
lelaki dan perempuan. Pertama, sama-sama sebagai hamba Allah SWT. Melihat
dari aspek penghambaan di antara manusia kepada Allah SWT tidak dibedakan dari
apa jenis kelamin mereka, atau pun suku, ras, dan lainnya. Jadi, siapa pun di
antara lelaki dan perempuan yang paling bertakwa maka merekalah yang dapat
disebut sebagai hamba yang ideal. Hal ini dijelaskan dalam Q. S. Al-Hujurat:
13, dalam ayat tersebut dapat dijelaskan bahwasanya Allah SWT menciptakan
manusia bermacam suku dan bangsa, lelaki dan perempuan, bermacam warna kulit,
dan lain sebagainya. Meski demikian, hal itu tidak akan memengaruhi penilaian
Allah SWT terhadap hamba-Nya karena yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang
paling bertakwa.
Kedua, sama-sama memiliki pembebanan ibadah yang sama. Baik lelaki maupun
perempuan sama-sama akan mendapat balasan dari apa yang telah diperbuat. Penghargaan
atas ibadah yang dilakukan tidak dipengaruhi oleh siapa hamba itu, apa jenis
kelaminnya, apalagi hanya status sosialnya saja. Selagi ia mengerjakan amal
dengan iman dalam hatinya, maka Allah SWT akan memberikan penghargaan berupa
balasan kehidupan yang lebih baik dan yang paling penting adalah pahala dan
ridho di sisi-Nya.
Ketiga, lelaki dan perempuan sama-sama mendapatkan harta waris. Baik lelaki maupun
perempuan akan sama-sama mendapatkan bagian dari harta waris yang ditinggalkan
oleh orang tua maupun kerabatnya. Meski terdapat ketetapan dalam pembagian
tersebut, akan tetapi pembagian tersebut telah sesuai dengan porsinya masing-masing.
Keempat, adalah lelaki dan perempuan sama-sama mendapatkan hukuman dari apa yang
telah mereka perbuat. Baik lelaki maupun perempuan sama-sama akan mendapatkan
balasan hukuman di akhirat jika ia bermaksiat kepada Allah SWT. Namun perlu diingat
rahmat dan ampunan Allah SWT lebih besar dibanding dengan dosa yang telah kita
perbuat. Jadi jangan pernah putus asa dengan rahmat Allah SWT karena dosa yang
telah kita perbuat.
Persamaan yang terakhir antara laki-laki dan
perempuan adalah sama-sama memiliki kesempatan untuk dikabulkan doanya. Beralih
daripada persamaan, lelaki dan perempuan juga memiliki perbedaan masing-masing
yang menjadikan kehidupan ini semakin indah dan berwarna. Adapun perbedaan yang
pertama, adalah lelaki adalah pemimpin bagi perempuan. Allah SWT
menciptakan manusia dengan sempurna dan memiliki potensi yang sangat luar
biasa. Kendati demikian dalam firman-Nya Q.S. An-Nisa’: 34 menjelaskan
bahwasanya lelaki itu pelindung atau pemimpin bagi perempuan karena Allah SWT
telah melebihkan di antara kaum lelaki daripada perempuan dalam hal tertentu. Oleh
karenanya jika hal ini mampu diterapkan dalam kehidupan sesuai dengan porsinya
maka kehidupan akan jauh lebih indah dan damai.
Kedua, terdapat pada persaksian dua orang perempuan di hadapan hakim adalah sama
dengan persaksian satu orang lelaki. Kemudian juga terdapat perbedaan dalam pembagian
harta waris, perempuan mendapatkan bagian yang lebih sedikit daripada lelaki. Selanjutnya
lelaki diwajibkan untuk ke masjid sedangkan perempuan tidak diwajibkan, dan
mungkin masih banyak lagi jika dikaji lebih mendalam seputar hukum-hukum Islam
yang lainnya.
Bahwasanya lelaki dilebihkan oleh Allah SWT pada aspek
tertentu, lantas tidak kemudian perempuan menjadi subordinasi, yaitu tingkatan
atau posisinya berada dibawah lelaki. Islam sangat memuliakan dan menjunjung
tinggi harkat dan martabat seorang perempuan. Seringkali kita mendengar istilah
gender yang merupakan hasil dari konstruksi sosial yang menyatakan bahwa perempuan
itu hakikatnya 3M (masak, macak, manak) atau dapat dijelaskan
perempuan itu hanya bertugas di dapur untuk memasak, kemudian merias diri untuk
lelaki, dan mengandung anak untuk melahirkan keturunan. Sehingga perempuan seakan
tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih layak apalagi
pendidikan tingkat tinggi.
Sedangkan kita semua tahu, bahwasanya Islam
memerintahkan kita para perempuan untuk senantiasa mencerdaskan diri. Karena perempuan
merupakan sekolah yang paling utama bagi anak-anaknya kelak. Selain itu juga,
tidak akan ada seorang pemimpin yang cerdas jika bukan terlahir dari rahim seorang
perempuan yang cerdas pula. Tidak akan ada pemimpin yang berakhlak mulia jika
bukan terlahir dari rahim seorang perempuan yang berakhlak mulia pula, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu perempuan harus memantaskan dirinya untuk menjadi
pribadi yang berkualitas yakni cerdas dan berakhlak mulia agar kelak dapat melahirkan
generasi yang berkualitas pula.
Kemudian atas dasar isu-isu seputar subordinasi
menjadikan beberapa perempuan memberikan gagasan dengan menyuarakan gender
equality/ kesetaraan gender. Sedangkan bagaimana pandangan Islam mengenai
hal tersebut? Apakah terdapat urgensi di dalamnya khususnya bagi kita sebagai muslim?
Perlu diingat bahwa gerakan beserta gagasan tersebut lahir dan muncul ke
permukaan dikarenakan kekhawatiran mereka atas ketimpangan gender yang cenderung
merugikan perempuan. Hal itu baik adanya jika masih dalam koridornya, apalagi
kita sebagai muslim yang tentunya paham akan syariat, tentu tidak akan baik jika
hal itu sampai kebablasan dan menjadikan kita lalai untuk memenuhi kewajiban
kita sebagai seorang perempuan dan justru sibuk menuntut hak saja apalagi yang
dituntut cenderung bersifat duniawi saja.
Tidak bisa kita pungkiri bahwasanya lelaki memang
lebih stabil untuk memimpin, hal tersebut dikarenakan perempuan lebih labil
dalam aspek emosionalnya. Oleh karena itu lelaki bisa mengambil peran. Meski demikian,
jika antara lelaki dan perempuan lebih unggul perempuan dalam bidang tertentu,
maka perempuan bisa saja mengambil posisi. Namun, jika lelaki lebih mumpuni di
bidang tersebut maka hal itu lebih diutamakan yakni lelaki yang akan mengambil
posisi untuk memimpin. Intinya perempuan harus bisa berperan sesuai dengan porsinya,
bisa dengan memberikan dukungan dari belakang atau bisa juga mengambil panggung
berada di depan.
Terkait pandangan terhadap peran perempuan, lantas
apakah perempuan tidak bisa tampil di depan dan menunjukkan potensi yang mereka
miliki? Tentu saja bisa. Terkadang memang kemampuan perempuan jarang bisa
diterima dan diakui oleh masyarakat dan beberapa pihak. Perempuan cenderung dipandang
tidak mampu dan tidak mumpuni jika memberikan kontribusi atau memimpin sesuatu.
Meski demikian, kita para perempuan tidak perlu khawatir dengan persepsi tersebut.
Karena yang kita perlukan adalah pergerakan, perempuan yang mampu memberikan
perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan perempuan yang diam saja melihat keterpurukan,
bukan perempuan yang diam saja melihat kebathilan dan kemungkaran. Perempuan seharusnya
mampu memberikan perubahan meski tidak dinilai baik di mata manusia karena yang
kita perlukan adalah aksi nyata bukan penilaian manusia dan hal tersebut harus dilakukan
semata-mata untuk meraih ridho dan rahmat-Nya.
Pesan untuk para perempuan khususnya, teruslah
belajar di mana pun berada. Terus menghidupi Muhammadiyah bukan mencari
penghidupan di Muhammadiyah. Aktif berkontribusi dengan bergabung dalam
organisasi. Perempuan harus cerdas, memang perempuan cenderung mengedepankan
perasaan. Oleh karena itu, perempuan harus banyak belajar agar kecenderungan
akan perasaan dan emosional dapat disinkronkan dengan akal yang dimiliki. Perempuan
harus bisa memilih, baik masa depan, pendidikan, karir, bahkan sampai pasangan
hidup. Bagaimana pun jalannya, harus mengarahkan pada visi yang selama ini
telah ditetapkan. Jika visi kita adalah akhirat, maka apapun yang akan kita lakukan—apalagi
dalam memutuskan suatu pilihan—akan cenderung lebih memiliki pertimbangan yang matang
dan memiliki misi yang sejalan dengan visi yang dimiliki. Hanyasanya pilihan
yang kita tetapkan adalah gambaran atau takdir kita besok di masa depan, bukan
hanya di dunia melainkan besok kehidupan yang lebih abadi di akhirat.
(Sekbid IMMawati PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta)