Halo IMMawan/ti Selamat Datang!. Informasi Kami.

Samakah Lekaki dan Perempuan? Islam Menjawab


Pernahkah kalian bertanya apakah lelaki dan perempuan sama? Atau justru berbeda? Jika ada persamaannya di mana, dan jika ada perbedaannya di mana? Tahukah kalian jika hal tersebut sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya. Lebih tepatnya mari simak penjelasan berikut ini.

Meski lelaki dan perempuan terlihat jelas perbedaannya, ternyata terdapat beberapa persamaan yang cukup banyak antara lelaki dan perempuan. Pertama, sama-sama sebagai hamba Allah SWT. Melihat dari aspek penghambaan di antara manusia kepada Allah SWT tidak dibedakan dari apa jenis kelamin mereka, atau pun suku, ras, dan lainnya. Jadi, siapa pun di antara lelaki dan perempuan yang paling bertakwa maka merekalah yang dapat disebut sebagai hamba yang ideal. Hal ini dijelaskan dalam Q. S. Al-Hujurat: 13, dalam ayat tersebut dapat dijelaskan bahwasanya Allah SWT menciptakan manusia bermacam suku dan bangsa, lelaki dan perempuan, bermacam warna kulit, dan lain sebagainya. Meski demikian, hal itu tidak akan memengaruhi penilaian Allah SWT terhadap hamba-Nya karena yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertakwa.

Kedua, sama-sama memiliki pembebanan ibadah yang sama. Baik lelaki maupun perempuan sama-sama akan mendapat balasan dari apa yang telah diperbuat. Penghargaan atas ibadah yang dilakukan tidak dipengaruhi oleh siapa hamba itu, apa jenis kelaminnya, apalagi hanya status sosialnya saja. Selagi ia mengerjakan amal dengan iman dalam hatinya, maka Allah SWT akan memberikan penghargaan berupa balasan kehidupan yang lebih baik dan yang paling penting adalah pahala dan ridho di sisi-Nya.

Ketiga, lelaki dan perempuan sama-sama mendapatkan harta waris. Baik lelaki maupun perempuan akan sama-sama mendapatkan bagian dari harta waris yang ditinggalkan oleh orang tua maupun kerabatnya. Meski terdapat ketetapan dalam pembagian tersebut, akan tetapi pembagian tersebut telah sesuai dengan porsinya masing-masing.

Keempat, adalah lelaki dan perempuan sama-sama mendapatkan hukuman dari apa yang telah mereka perbuat. Baik lelaki maupun perempuan sama-sama akan mendapatkan balasan hukuman di akhirat jika ia bermaksiat kepada Allah SWT. Namun perlu diingat rahmat dan ampunan Allah SWT lebih besar dibanding dengan dosa yang telah kita perbuat. Jadi jangan pernah putus asa dengan rahmat Allah SWT karena dosa yang telah kita perbuat.

Persamaan yang terakhir antara laki-laki dan perempuan adalah sama-sama memiliki kesempatan untuk dikabulkan doanya. Beralih daripada persamaan, lelaki dan perempuan juga memiliki perbedaan masing-masing yang menjadikan kehidupan ini semakin indah dan berwarna. Adapun perbedaan yang pertama, adalah lelaki adalah pemimpin bagi perempuan. Allah SWT menciptakan manusia dengan sempurna dan memiliki potensi yang sangat luar biasa. Kendati demikian dalam firman-Nya Q.S. An-Nisa’: 34 menjelaskan bahwasanya lelaki itu pelindung atau pemimpin bagi perempuan karena Allah SWT telah melebihkan di antara kaum lelaki daripada perempuan dalam hal tertentu. Oleh karenanya jika hal ini mampu diterapkan dalam kehidupan sesuai dengan porsinya maka kehidupan akan jauh lebih indah dan damai.

Kedua, terdapat pada persaksian dua orang perempuan di hadapan hakim adalah sama dengan persaksian satu orang lelaki. Kemudian juga terdapat perbedaan dalam pembagian harta waris, perempuan mendapatkan bagian yang lebih sedikit daripada lelaki. Selanjutnya lelaki diwajibkan untuk ke masjid sedangkan perempuan tidak diwajibkan, dan mungkin masih banyak lagi jika dikaji lebih mendalam seputar hukum-hukum Islam yang lainnya.

Bahwasanya lelaki dilebihkan oleh Allah SWT pada aspek tertentu, lantas tidak kemudian perempuan menjadi subordinasi, yaitu tingkatan atau posisinya berada dibawah lelaki. Islam sangat memuliakan dan menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang perempuan. Seringkali kita mendengar istilah gender yang merupakan hasil dari konstruksi sosial yang menyatakan bahwa perempuan itu hakikatnya 3M (masak, macak, manak) atau dapat dijelaskan perempuan itu hanya bertugas di dapur untuk memasak, kemudian merias diri untuk lelaki, dan mengandung anak untuk melahirkan keturunan. Sehingga perempuan seakan tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih layak apalagi pendidikan tingkat tinggi.

Sedangkan kita semua tahu, bahwasanya Islam memerintahkan kita para perempuan untuk senantiasa mencerdaskan diri. Karena perempuan merupakan sekolah yang paling utama bagi anak-anaknya kelak. Selain itu juga, tidak akan ada seorang pemimpin yang cerdas jika bukan terlahir dari rahim seorang perempuan yang cerdas pula. Tidak akan ada pemimpin yang berakhlak mulia jika bukan terlahir dari rahim seorang perempuan yang berakhlak mulia pula, dan lain sebagainya. Oleh karena itu perempuan harus memantaskan dirinya untuk menjadi pribadi yang berkualitas yakni cerdas dan berakhlak mulia agar kelak dapat melahirkan generasi yang berkualitas pula.

Kemudian atas dasar isu-isu seputar subordinasi menjadikan beberapa perempuan memberikan gagasan dengan menyuarakan gender equality/ kesetaraan gender. Sedangkan bagaimana pandangan Islam mengenai hal tersebut? Apakah terdapat urgensi di dalamnya khususnya bagi kita sebagai muslim? Perlu diingat bahwa gerakan beserta gagasan tersebut lahir dan muncul ke permukaan dikarenakan kekhawatiran mereka atas ketimpangan gender yang cenderung merugikan perempuan. Hal itu baik adanya jika masih dalam koridornya, apalagi kita sebagai muslim yang tentunya paham akan syariat, tentu tidak akan baik jika hal itu sampai kebablasan dan menjadikan kita lalai untuk memenuhi kewajiban kita sebagai seorang perempuan dan justru sibuk menuntut hak saja apalagi yang dituntut cenderung bersifat duniawi saja.

Tidak bisa kita pungkiri bahwasanya lelaki memang lebih stabil untuk memimpin, hal tersebut dikarenakan perempuan lebih labil dalam aspek emosionalnya. Oleh karena itu lelaki bisa mengambil peran. Meski demikian, jika antara lelaki dan perempuan lebih unggul perempuan dalam bidang tertentu, maka perempuan bisa saja mengambil posisi. Namun, jika lelaki lebih mumpuni di bidang tersebut maka hal itu lebih diutamakan yakni lelaki yang akan mengambil posisi untuk memimpin. Intinya perempuan harus bisa berperan sesuai dengan porsinya, bisa dengan memberikan dukungan dari belakang atau bisa juga mengambil panggung berada di depan.

Terkait pandangan terhadap peran perempuan, lantas apakah perempuan tidak bisa tampil di depan dan menunjukkan potensi yang mereka miliki? Tentu saja bisa. Terkadang memang kemampuan perempuan jarang bisa diterima dan diakui oleh masyarakat dan beberapa pihak. Perempuan cenderung dipandang tidak mampu dan tidak mumpuni jika memberikan kontribusi atau memimpin sesuatu. Meski demikian, kita para perempuan tidak perlu khawatir dengan persepsi tersebut. Karena yang kita perlukan adalah pergerakan, perempuan yang mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan perempuan yang diam saja melihat keterpurukan, bukan perempuan yang diam saja melihat kebathilan dan kemungkaran. Perempuan seharusnya mampu memberikan perubahan meski tidak dinilai baik di mata manusia karena yang kita perlukan adalah aksi nyata bukan penilaian manusia dan hal tersebut harus dilakukan semata-mata untuk meraih ridho dan rahmat-Nya.

Pesan untuk para perempuan khususnya, teruslah belajar di mana pun berada. Terus menghidupi Muhammadiyah bukan mencari penghidupan di Muhammadiyah. Aktif berkontribusi dengan bergabung dalam organisasi. Perempuan harus cerdas, memang perempuan cenderung mengedepankan perasaan. Oleh karena itu, perempuan harus banyak belajar agar kecenderungan akan perasaan dan emosional dapat disinkronkan dengan akal yang dimiliki. Perempuan harus bisa memilih, baik masa depan, pendidikan, karir, bahkan sampai pasangan hidup. Bagaimana pun jalannya, harus mengarahkan pada visi yang selama ini telah ditetapkan. Jika visi kita adalah akhirat, maka apapun yang akan kita lakukan—apalagi dalam memutuskan suatu pilihan—akan cenderung lebih memiliki pertimbangan yang matang dan memiliki misi yang sejalan dengan visi yang dimiliki. Hanyasanya pilihan yang kita tetapkan adalah gambaran atau takdir kita besok di masa depan, bukan hanya di dunia melainkan besok kehidupan yang lebih abadi di akhirat.

Oleh: Al Mirra Silmi Mutawakkal
(Sekbid IMMawati PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta)

Posting Komentar

Akses seluruh artikel dengan mudah melalui smartphone!